Selasa, 25 Oktober 2011

OPEN RECRUITMENT KHATULISTIWA

Khatulistiwa dibentuk untuk menjadi sebuah organisasi yang profesional dalam bidangnya guna mewujudkan sikap dan jiwa nasionalisme para anggota. Karena itu KHATULISTIWA memposisikan diri sebagai organisasi pembelajar, pelatihan, penelitian dan persemaian manusia Indonesia baru yang memiliki jiwa kepedulian terhadap alam dan lingkungan disekitarnya.

Organisasi ini dibuat sebagai respon dari menurunnya kepedulian dan penghargaan terhadap alam dan lingkungan yang semakin rusak, serta menurunnya jiwa nasionalisme para pemuda/i Indonesia yang semakin luntur dan dalam rangka membentuk pemuda/i Indonesia yang sehat jasmani dan rohani.

Berdasarkan tujuan terbentuknya organisasi, maka Khatulistiwa setiap tahunnya akan mengadakan perekrutan anggota baru untuk regenerasi kepengurusan. Perekrutan ini dilakukan dengan cara pendaftaran dan proses seleksi, pendaftaran dilakukan pada saat Grha Mardhika Paramadina. Seleksi dilakukan untuk mengetahui kesiapan jasmani calon anggota untuk disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan Khatulistiwa. Setelah seleksi dilakukan, maka akan diadakan Pelantikan anggota baru dilakukan setelah para calon anggota menerima teori dan pelatihan yang diberikan oleh setiap divisi Khatulistiwa maupun pihak luar yang telah diberi izin untuk memberikan materi dan pelatihan.

Untuk itu kami memberikan kesempatan kepada rekan-rekan, seluruh mahasiswa Universitas Paramadina dari segala jenjang dan dari berbagai jurusan maupun angkatan yang merasa tertantang untuk peduli terhadap alam dan lingkungan sekitarnya.

Open Recruitment ini diselenggarakan mulai tanggal 31 Oktober - 10 November 20011.


Selasa, 04 Oktober 2011

liputan "Jelajah Wajah Jakarta"

Pendaftaran calon anggota baru UKM Khatulistiwa telah dibuka. Bukan hanya mahasiswa baru angkatan 2011, tetapi banyak angkatan 2010 keatas yang tertarik untuk menjadi anggota Khatulistiwa. Kegiatan demi kegiatan pun telah dikonsepkan, dan salah satu kegiatan khatulistiwa untuk anggota baru adalah menggarap liputan / foto essay dengan tema "Jelajah wajah Jakarta".
Berikut daftar nama kelompok liputan "Jelajah Wajah Jakarta".

Senin, 27 Juni 2011

PROKHA 2011 (Angkatan AIR)


Mati satu tumbuh seribu, itulah pepatah yang tepat untuk menggambarkan prospek khatulistiwa. Bagaimana tidak, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Paramadina yang berdiri di tahun 2009 ini mengalami perkembangan yang begitu pesat, tidak hanya dalam hal jumlah anggotanya, tetapi juga kualitasnya. Khatulistiwa merupakan UKM yang memiliki peminat terbanyak di tahun 2010 dengan jumlah pendaftar sekitar 90 orang. Hal ini membuktikan bahwa Khatulistiwa merupakan UKM yang tak kalah pentingnya dari UKM yang lainnya.

Sebagaimana tradisi yang ada di Khatulistiwa, setiap tahun dilakukan pelantikan bagi angkatan baru. Hal tersebut telah menjadi syarat bagi mahasiswa untuk menjadi anggota Khatulistiwa yang sah. Untuk kepentingan tersebut, Gunung Pancar yang terletak di Bogor menjadi tempat sekaligus saksi pelantikan mahasiswa angkatan baru. Pelantikan tersebut berlangsung selama dua hari yakni dari tanggal 15-17 Oktober 2010.

Pelantikan tersebut berlangsung selama tiga hari. Hari pertama diisi dengan kegiatan mendirikan tenda dan persiapan materi untuk kegiatan di hari kedua. Para calon anggota yang tiba di lokasi sekitar pukul 22.00 langsung menjalankan tugasnya masing-masing sekaligus mempersiapkan diri untuk setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

Di hari kedua, dengan disertai suasana pagi yang segar, kegiatan diawali dengan melakukan senam pagi. Setelah itu, dilakukan upacara pembukaan pelantikan. Upacara ini diikuti oleh peserta dengan penuh khidmat. Dalam kegiatan selanjutnya, dilakukan berbagai games. Games yang kami itu adalah halang rintang, jalan kepercayaan, Diggy Joy, Suara Misteri, Tantangan Bola pingpong dan Spider web. Keseluruhan games tersebut tentunya memberi kami pelajaran tentang pentingnya kerja sama ketika bekerja dalam kelompok. Tidak hanya itu, konsentrasi dan rasa saling percaya satu sama lain juga menjadi pesan dari games tersebut. Dan yang terpenting adalah kegiatan tersebut melatih mental dan membangun karakter bagi peserta serta mempererat keakraban antar peserta maupun dengan panitia.Walaupun dalam menjalani games tersebut, para peserta menghadapi berbagai kendala, akan tetapi dengan rasa berjuang dengan penuh semangat, semuanya bisa diatasi.

Selain games, panitia juga menyuguhkan berbagai materi yang sangat bermanfaat bagi para peserta. Materi yang diberikan cenderung berkaitan dengan lingkungan alam. Hal ini tentunya menjadi bekal bagi para peserta untuk mengubah cara pandang mereka tehadap pelestarian lingkungan sekaligus membangun kesadaran diri mereka mengenai pentingnya lingkungan hidup.

Hal menarik lainnya adalah kegiatan jeritan malam. Kegiatan ini dilakukan di akhir penghujung malam hari kedua. Dengan tidak adanya pemberitahuan tentang kegiatan jeritan malam ini, tentunya membuat para peserta menjadi terkejut. Rasa kantuk dari peserta dalam menjalani kegiatan tersebut hilang tertutupi kabut malam dan semangat mereka. Kegiatan ini berlangsung selama 5 jam. Tak terasa fajar mun mulai muncul, menandakan kegiatan tersebut berakhir. Beberapa saat kemudian, dilakukan upacara pelantikan anggota Khatulistiwa. Upacara ini juga sekaligus menjadi penanda peresmian anggota baru Khatulistiwa.

Acara pelantikan ini ditutup dengan kegiatan makan akbar. Seluruh peserta maupun panitia makan bersama dalam satu tenda. Menu makanannya pun terbilang sederhana dengan beralaskan daun pisang. Yang terpenting adalah acara makan akbar ini mampu mempererat rasa solidaritas yang telah terbangun.

Pelantikan anggota Khatulistiwa merupakan kegiatan yang sangat menarik dan sangat berkesan bagi para peserta maupun panitia.

EKSPEDISI LAWANG SEWU 2011


Lawang Sewu, itulah nama yang kebanyakan orang kenal untuk mendeskripsikan sebuah bangunan bersejarah di semarang yang dulunya merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Lawang Sewu dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Bangunan ini terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

Khatulistiwa sebagai salah satu komunitas pemerhati lingkungan mencantumkan Lawang Sewu ke dalam daftar kunjungan ekspedisinya. Satu hal yang menjadi titik pandang Khatulistiwa adalah Seorang mahasiswa sebaik

nya tidak terlalu disibukkan dengan paradigma teoritikus, akan tetapi akan lebih baik jika diimbangi dengan pendidikan eksperimental-sosial, di antaranya dengan ekspedisi ke beberapa tempat bersejarah, guna menumbuhkan karakter nasionalis yang kental.

Setelah berangkat ke Jogjakarta untuk mengirimkan bantuan bagi korban letusan Gunung Merapi sekitar bulan Desember 2010 kemarin, pada tanggal 25-27 Februari 2011,Khatulistiwa kembali melakukan ekspedisi. Kali ini yang menjadi tujuannya adalah Lawang Sewu. Tim ekspeditor Khatulistiwa yang ikut dalam perjalanan ekspedisi ini berjumlah sebelas orang, antara lain Adi, Rezki, Riscy, Sandy, Arif, Diky, Arnaldi, Agung, Fuady, Eirin dan Vinesa.

Dengan menggunakan kereta api kelas ekonomi, tim Khatulistiwa meluncur ke kota Semarang, Jawa Tengah.

Di tengah ekspedisi, tim Khatulistiwa mengalami hambatan prosedural karena Gedung A (Lawang Sewu) tidak diijinkan untuk umum karena masih pada proses renovasi. Bersama Nani, seorang guide tour Lawang Sewu, tim Khatulistiwa memulai ekspedisi Lawang Sewu.

Berdasarkan informasi, Lawang Sewu yang merupakan bangunan klasik dan megah ini setelah kemerdekaan, dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) Semarang yang juga merupakan kantor perusahaan kereta api Indonesia pertama sebelum dipindahkan ke Bandung. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Akan tetapi sekarang, Gedung ini selain digunakan sebagai tempat wisata, Gedung A lantai II akan dikembalikan fungsinya sebagai kantor PT KAI berhubung renovasi gedung hampir selesai.

Tim memulai track ekspedisi dari Gedung B lantai I, memasuki setiap ruangan yang besar. Beberapa ruangan yang kami masuki, merupakan latar dari film Ayat-Ayat Cinta dan Lawang Sewu. Di lantai kedua, tim bersama guide menelusuri serangkaian ruangan yang berjejer lurus dan setiap pintunya jika dilihat dari ujung ruangan akan terlihat jejerang gerebong kereta. Kemudian tim melanjutkan ekspedisinya ke salah satu gedung yang dipakai khusus untuk kamar mandi. “Untuk kamar mandi, sengaja dulu dipisahkan dengan gedung yang lain agar baunya tidak tercium di gedung utama,” kata Nani, guide.

Trek ekspedisi yang paling mengagumkan adalah ruangan bawah tanah yang sampai sekarang lantainya tergenang oleh air. Pada saat gedung dikuasai oleh Belanda, ruangan bawah tanah ini digunakan sebagai ruangan pendingin gedung yang dipenuhi oleh air. Pada saat itu belum ada teknologi AC modern. Namun ketika gedung dikuasai oleh Jepang, ruangan bawah tanah digunakan sebagai penjara bawah tanah bagi penduduk pribumi. Ironisnya, ketika jaman penjajahan Jepang, orang-orang yang dipenjara ini memang dibiarkan terkurung tanpa makanan dan minuman di dalam ruangan yang sangat sempit dengan kondisi tergenang air sampai leher orang dewasa. Tawanan yang telah belum tewas akan dipenggal di ruangan khusus. Sebelum kepala narapidana yang dipenggal, tangan dan kakinya terlebih dahulu yang akan ditebas dengan pedang samurai. Selanjutnya, tawanan yang telah tewas dibuang ke sungai yang terletak di belakang gedung.

Lawang sewu merupakan tempat di mana pernah berlangsungnya peristiwa pertempuran Lima hari (14-19 Oktober 1945) antara pemuda AMKA (Angkatan Muda Kereta Api) dengan Kempetai dan Kidobutai, Jepang.

Sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno dan bersejarah di kota Semarang, memang Lawang Sewu wajib dilindungi. Lawang Sewu memiliki menara kembar model gothic yang terletak di sisi kanan dan kiri pintu gerbang utama. Gedung yang dibangun dengan bahan-bahan yang dibawakan langsung dari Belanda dengan arsitektur yang sangat indah ini pantas dijadikan tujuan alternatif untuk pendidikan eksperimental-sosial bagi kalangan pemuda atau mahasiswa. Menanggapi hal tersebut, peran pemerintah setempat tentunya memiliki peran yang besar dalam pemeliharaan gedung bersejarah tersebut.