Senja Jakarta
Senja Jakarta, 2 April 2009. Siang tadi kampus masih diramaikan dengan kesibukan mahasiswa dan canda tawa yang menyeruak disetiap sudut kampus yang masih dihiasi pohon besar di tamannya. Senja tiba dengan sinar ke-emasan yang terpantul dikaca gedung – gedung pencakar langit yang masih kokoh berdiri seperti tonggak – tonggak yang kelak akan menjadi sejarah. Diwaktu senja inilah semua anggota Khatulistiwa ( baru ada 11 orang anggota ) berkumpul di lobi kampus yang cukup nyaman dijadikan tempat bergurau dan bercerita tentang masa lalu ataupun masa depan yang kami impikan.
Beberapa saat setelah adzan maghrib, kami mulai bergerak meninggalkan kampus menuju halte bus. Kami naik bus dengan jurusan UKI ( Universitas Kristen Indonesia ), keadaan di dalam bus cukup sarat dengan penumpang. Jalanan Jakarta masih khas dengan kemacetannya, pengamen jalanan mencoba menghibur para penumpang dengan suaranya yang terkadang sumbang untuk didengarkan. Sesampainya di UKI kami melanjutkan perjalanan menuju terminal bus Kampung Rambutan dan dari sana kami naik bus jurusan Bogor / Puncak.
Malam hari sekitar pukul 22.00 WIB, kami turun di Puncak kemudian menyewa mobil kecil menuju POS Gunung Putri ( salah satu pintu gerbang pendakian Gunung Gede ). Di POS Gunung Putri kami menginap di rumah warga, dan pada pagi hari setelah sarapan seadanya kami memulai pendakian menuju puncak Gunung Gede.
Perjalanan dimulai setelah kami melapor di POS pendakian yang berada tidak jauh dari rumah tempat kami menginap. Cuaca yang cerah, hijaunya hamparan padi, dan udara yang segar mengawali petualangan kami yang baru.
Perjalanan diwarnai canda tawa dan gurauan yang sesekali terdengar ditengah rombongan, sesekali juga kami berhenti untuk menghirup udara segar dan sedikit mengistirahatkan otot – otot yang mulai menyesuaikan dengan aktifitas kami. Burung elang terbang berputar diatas ladang petani yang banyak ditanami sayur mayur dan beberapa jenis umbi – umbian. Pohon arbei ( buah sejenis strowbery yang banyak tumbuh ditebing – tebing, biasanya merupakan pertanda memasuki kawasan hutan ) menjadi cemilan yang segar pagi itu.
Ketika matahari mulai diatas kepala, kami istirahat makan siang. Mie instan adalah makanan pertama kami, walaupun diantara kami tahu bahwa mie instan merupakan pantangan bagi seorang pendaki. Karena makan mie banyak menyerap cairan tubuh yang pada akhirnya berisiko terkena dehidrasi, mudah haus, sehingga sering membuat perbekalan air lebih cepat habis.
Selesai makan siang, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kurangnya pemanasan dan penyesuaian terhadap lingkungan mengakibatkan salah satu teman kami mengalami keletihan otot kaki. Sehingga tempo perjalanan semakin diperlambat.
Matahari semakin merendah ke barat ketika hujan datang dengan lebatnya, kami terpaksa berpencar mencari tempat berteduh seadanya. Kami berteduh dibawah rindang daun pepohonan, walaupun pada akhirnya kami tetap basah kuyup. Dua orang berusaha mendirikan tenda untuk berteduh, dan tempat ganti pakaian basah untuk mencegah terserang hypotermia ( penyakit hilangnya kesadaran akibat kedinginan ).
Setelah hujan reda dan kami selesai ganti pakaian dengan pakaian kering, kami kembali melakukan perjalanan. Sebelum perjalanan dilanjutkan, terlihat dampak buruk dari rasa letih dan kedinginan ( ini karena kami langsung berjalan kembali tanpa menyuplai karbohidrat untuk menghangatkan dalam tubuh ). Yaitu terlihat gejala ego yang tinggi, respon yang menurun, emosi meninggi, dan timbulnya rasa malas.
Mulai dari sini rombongan agak susah dikontrol, hilang kepedulian terhadap teman yang mengalami rasa sakit diotot kaki dan sesak nafas serta beberapa ada yang mendahului leader meninggalkan rombongan.
Malam di surya kencana. Kami bersyukur karena sampai di alun – alun surya kencana semua dalam keadaan baik – baik. Tenda sudah berdiri tapi minuman dan makanan hangat belum tersedia, dua orang dari kami dengan suka rela membuat minuman jahe dan memasak nasi untuk makan malam.
Alun – alun surya kencana berada diketinggian 2760 mdpl dengan suhu berkisar 4o C pada malam hari setelah hujan. Cukup luas untuk dijadikan tempat camping, dan tersedia mata air. Di alun – alun surya kencana banyak tumbuh pohon edelweis, yang akan berbunga disekitar bulan agustus – september. Bunga edelweis sendiri merupakan bunga yang sering dijumpai dipegunungan – pegunungan pada ketinggian sekitar 2000 mdpl, tumbuh diudara yang dingin dengan daun – daunnya yang menyerupai jarum dan banyak juga yang menyebutnya bunga abadi.
Surya Kencana, 3 April 2009, 06.00 WIB. Kami terbangun dipagi yang indah dengan disambut teriakan bapak penjual nasi uduk ( jadi kerasa di bumi perkemahan…hehehe ), kami sarapan nasi uduk dan beres – beres barang yang kemarin sore kehujanan.
Setelah beres – beres, kami masak nasi, kornet, dan beberapa biji nugget. Sekitar pukul 08.00 WIB, kami sarapan dilanjutkan dengan packing kembali barang – barang bawaan. Setelah berjalan – jalan menikmati pemandangan dan sesekali mengabadikannya dengan kamera, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung Gede.
Pukul 11.00 WIB, kami semua sampai di puncak Gunung Gede dengan selamat. Penuh syukur dan kekaguman menikmati keindahan maha karya Tuhan yang sepatutnya kita jaga dan kita lestarikan. Dengan kamera dan handycam seadanya kami berusaha mengabadikan keindahan itu.
Setelah puas menikmati karya agung Tuhan, kami turun dengan mengambil jalur Cibodas. Perjalanan dimulai dengan medan bebatuan dan pohon – pohon jarang daun, setelah menuruni tebing medan perjalanan berupa tanah lembab.
Sepanjang perjalanan, kami banyak menemukan sampah – sampah plastik. Berusaha membawa sampah – sampah itu keluar dari hutan, tapi karena keterbatasan kami hanya membawa beberapa kantong sampah saja. Sempat terfikir, kenapa manusia terlampau mudah untuk merusak dibandingkan untuk menjaga dan memelihara.
Sampai di Cibodas hari sudah malam, kami menginap di POS pendakian. Pagi hari kami memulai perjalanan pulang menuju Jakarta.
Sebuah perjalanan adalah sebuah pembelajaran langsung dari kehidupan, banyak hal yang bisa kita pelajari tentang ilmu kehidupan dari sebuah perjalanan. Ilmu tidak hanya berada di atas meja sekolah, atau di ruang mewah ber – AC ( Air Conditioner ), tapi ilmu ada dimana – dimana karena seperti itulah Tuhan mendesain kehidupan ini. Salam semangat, dan salam lestari untuk kita semua.
Terimakasih
_A.T.S_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar